teks bolak-balik

SELAMAT DATANG DI BLOG ROSA

ciluk ba.....

Kamis, 19 Juni 2014

Teori Umum Pada Budaya Organisasi



KONSEP DAN DEFINISI
            Kata budaya pertama kali muncul pada tahun 1871. Kata ini dikemukakan oleh Edwar B. Tylor yang merupakan seorang antropologis. Menurut Tylor (1871) seperti yang dikutip oleh Brown (1998), budaya adalah “that complex whole which includes knowledge, beliefs, art, morals, law, custom, and other capabilities and habits acquired by man as a member of society”. Terjemahan bebasnya kira-kira sebagai berikut: “sekumpulan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan kapabilitas serta kebiasaan yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota sebuah perkumpulan atau kemunitas tertentu”. Definisi ini lalu berkembang leih lanjut dalam ilmu sosiologi. Bahkan ilmu sosiologilah yang kemudian secara luas menggunakan kata ini untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam sebuah kelompok masyarakat atau komunitas tertentu.
Dalam ilmu sosiologi, budaya diterjemahkan sebagai kumpulan simbol, mitos, dan ritual yang penting dalam memahami sebuah realitas sosial. Pendekatan yang digunakan oleh ilmu sosiologi lebih kepada sikap sekelompok masyarakat atau komunitas tertentu dalam menghadapi dan menyikapi beragam fenomena yang terjadi di sekitarnya.
Perkembangan selanjutnya dari konsep budaya ini diteruskan oleh banyak pakar organisasi. Sehingga akhirnya kata budaya menjadi bagian yang erat dengan beragam aspek pengembangan organisasi. Saat inilah kita mengenal istilah budaya organisasi. Budaya dalam organisasi secara sederhana didefinisikan sebagai nilai-nilai yang dianut serta cara bertindak organisasi berikut para anggotanya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pihak luar.


KARAKTERISTIK DAN FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
            Terdapat berbagai variasi dalam penetapan karakteristik budaya organisasi. The Jakarta Consulting Groupmenggunakan 12 (dua belas) karakteristik budaya organisasi yaitu sebagai berikut: 
§  Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan penting dalam budaya organisasi, terutama pada organisasi yang budaya organisasinya lemah. Dalam budaya perusahaan yang lemah kepemimpinan akan memegang peranan yang dominan. Kepemimpinan yang otoriter misalnya, akan menghasilkan budaya yang sangat berbeda dengan kepemimpinan yang demokratis.
§  Inovasi
Apakah dalam mengerjakan tugas-tugas lebih berorientasi kepada pola pendekatan ‘pakai tradisi yang ada’ dan memakai metode-metode yang telah teruji, atau memberikan keleluasan untuk menerapkan cara-cara baru melalui eksperimen.
§  Inisiatif individual
Berbicara tentang seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam organisasi yang menjadi wadahnya. Inisiatif individual ini meliputi derajat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi dari masing-masing anggota organisasi. Yaitu seberapa besar seseorang diber wewenang dalam menjalankan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya, dan seberapa luas kebebasan dalam mengambil keputusan.
§  Toleransi terhadap resiko
Artinya adalah seberapa jauh sumberdaya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif, dan mau menghadapi resiko di dalam pekerjaannya.
§  Pengarahan
Artinya adalah kejelasan organisasi dalam mementukan objektif dan harapan terhadap sumberdaya manusia terhadap hasil kerja yang dilakukan. Harapan dapat dtuangkan dalam bentuk kuantitas, kuatilas, dan waktu penyelesaiannya.
§  Integrasi
Yang dimaksud denga integrasi di sini adalah bagaimana unit-unit di dalam organisasi didorong untuk melakukan kegiatannya dalam suatu koordinasi yang baik. Yaitu seberapa jauh keterkaitan dan kerjasama ditekankan dalam pelaksanaan tugas. Serta seberapa dalam interdepensi antar sumberdaya manusia ditanamkan.
§  Dukungan manajemen
Bulir dukungan manajemen ini membicarakan tentang seberapa baik para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
§  Pengawasan
Pengawasan ini meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan oleh pihak manajemen organisasi untuk melihat secara keseluruhan dari perilaku anggota organisasi.

TIPOLOGI BUDAYA ORGANISASI
Secara umum budaya organisasi terpilah menjadi dua kutub besar/; budaya entrepreneur dan budaya administratif. Pemahaman dua klasifikasi dasar budaya organisasi ini akan menuntun ke arah pemahaman budaya organisasi secara lebih baik.
Perusahaan yang memiliki jenis budaya entrepreneur dalam setiap aktivitasnya selalu memfokuskan pada peluang-peluang baru. Hal ini tercermin dalam jiwa kewiraswastaan yang selalu menganggap bahwa dengan menemukan dan memanfaatkan peluang-peluang baru tersebut perusahaan akan selalu survive dan terdorong untuk selalu berusaha mencapai sasaran yang berbeda-beda dari satu periode ke periode berikutnya. Karenanya kegiatan operasional yang terjadi dalam perusahaan sangat dinamis dan membutuhkan sumber daya manusia yang cepat dalam mengantisipasi perubahan-perubahan internal maupun eksternal. Perusahaan akan berusahan memenuhi sarana yang dibutuhkan untuk merealisasikan kegiatan dalam upaya meraih kesuksesan dari peluang baru itu.
Dibutuhkan kompabilitas struktur organisasi dengan budaya agar dapat memperoleh peluang-peluang baru dan mempertahankan peluang yang sudah ada.
Perusahaan yang memiliki budaya administratif bertolak belakang dari budaya entrepreneur, aktivitas yang dilakukan lebih memfokuskan pada peluang-peluang yang sudah ada. Buadaya administratif ini memandang bahwa peluang yang diperoleh harus terus dipertahankan, karena investasi yang ditanamkan sangat besar. Konsekuensi logisnya perusahaan membutuhkan prosedur pengendalian yang cukup ketat untuk mempertahankan peluang yang sudah diperoleh ini. Dinamika budaya administratif tidak sedinamis buadaya entrepreneur . struktur organisasi juga dengan disesuaikan aktivitas usaha perusahaan yang menganut budaya administratif ini.  


SUMBER: A.B Susanto, F.X Sujanto, Himawan Wijanarko, Patricia Susanto, Suwahjuhadi Mertosono, Wagiono ismangil, Corporate & Organizational Culture, 2007.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar